Kembali atau Beralih
 |
| Ilustrasi Gambar |
"Aku bisa apa". Aku, seolah terpenjara dalam cintamu. "Meloloskan diri?, aku tak selihai itu. "Memaksakan diri untuk kabur?", aku tak sekuat itu, aku masih lemah tanpamu. Tubuhku memang tak berada di sampingmu, tapi jiwaku masih setia padamu.
Saat ini, Aku seolah terjebak pada kata "I'm gonna love you like i'm gonna lose you". "Aku mencintaimu tapi kehilanganmu".
Bukankah itu sifatnya paradoksal, bertentangan. "Bagaimana mungkin kamu kehilangan sementara kamu masih cinta"!!. Bukankah mencintai tak harus memiliki, setidaknya itulah kata kebanyakan. Kalau sudah merasa kehilangan, tandanya sudah tak cinta.
"Karena aku terlanjur mencintainya maka aku merasa kehilangan", katamu sayup membela diri.
Cinta yang selama ini aku jaga, seolah goyah bahkan runtuh. Bukan karena ku, tapi karenamu. "Iya, karenamu..!!". Aku yakin bahwa aku setia, walau kita berjauhan tapi cintaku seolah tak berjarak.
Aku mungkin terlalu prematur, hingga buaian kata-kata yang kau kirimkan seolah meninabobokkan ku. Iya, aku terbuai oleh aksara yang ternyata prematur, yang senantiasa kau ucap tatkala kau mau bersua lewat suara, suara malam.
Bukankah malam memang senantiasa datang tatkala mentari kembali ke peraduannya. Bukankah cinta memang datang kepada tempat peraduan yang semestinya. Ahh.. "tapi cintamu tempatnya bukan padaku", katamu menghardik.
Sekarang aku sadar, bahwa jalanku tak harus kembali tuk menemukan cinta. Dengan diamku, setidaknya kau sadar bahwa itu adalah tandaku untuk beralih, tentunya kepada selainmu.
"Karena aku terlanjur mencintainya maka aku merasa kehilangan", katamu sayup membela diri.
Cinta yang selama ini aku jaga, seolah goyah bahkan runtuh. Bukan karena ku, tapi karenamu. "Iya, karenamu..!!". Aku yakin bahwa aku setia, walau kita berjauhan tapi cintaku seolah tak berjarak.
Aku mungkin terlalu prematur, hingga buaian kata-kata yang kau kirimkan seolah meninabobokkan ku. Iya, aku terbuai oleh aksara yang ternyata prematur, yang senantiasa kau ucap tatkala kau mau bersua lewat suara, suara malam.
Bukankah malam memang senantiasa datang tatkala mentari kembali ke peraduannya. Bukankah cinta memang datang kepada tempat peraduan yang semestinya. Ahh.. "tapi cintamu tempatnya bukan padaku", katamu menghardik.
Sekarang aku sadar, bahwa jalanku tak harus kembali tuk menemukan cinta. Dengan diamku, setidaknya kau sadar bahwa itu adalah tandaku untuk beralih, tentunya kepada selainmu.
Catatan:
*Aku adalah bukan yang menarasikan cerita ini, tapi aku adalah sosok yang ada dalam cerita itu sendiri. ^^
0 Response to "Kembali atau Beralih"
Post a Comment