Palopo-Tidore, dan Malang

backlit, batu, berkencan
Ilustrasi Gambar

Bukti keberagaman ibu pertiwi, bahwa cinta tak mengenal teritori!

Tentang bunga, yang kau jadikan simbol di dunia maya!. Aku tau makna bunga, ketika lidah tak mampu berucap, dan ketika mulut masih saja bungkam, maka cukuplah bunga yang bicara, bahwa cinta juga butuh isyarat. 

Kau tau kan negeriku?, tempat dimana aku lahir dan dibesarkan, Palopo!. Ku rasa, kau belum tau lebih dalam tentang negeriku tersebut. Kau mungkin hanya tau dari mbahmu, yang sebagian manusia jagat ini menggunakan jasanya ketika ada sesuatu yang mereka tidak ketahui, 'google'!. "Bukan mbahmu, mbahku juga"!. Bukan, mbah semua manusia yang merasa makhluk modern, katanya!.

Sungguh, dunia kini serasa kecil, berkat kemodernan. Mendekatkan yang jauh!. Juga menjauhkan yang dekat. Bagaimana mungkin menjauhkan yang dekat?. Ahh.. kau pura-pura tak tau!. Menjauhkan yang dekat, karena kau seolah sibuk sendiri dengan duniamu, dunia maya! Sementara, ada orang terdekatmu disampingmu yang hendak bicara lepas bersamamu. 

Lalu, "bagaimana dengan negeriku"?, katamu. Tentulah aku tau negerimu, tempat yang indah dan mempesona. Tempat dimana kau lahir dan dibesarkan, walau usia dewasamu kau habiskan di tanah orang, tempat dimana cita-citamu kau gantungkan, salah-satunya, Makassar!. Bagaimana mungkin aku tak tau negerimu, sementara aku menginginkanmu. Dan bagaimana mungkin aku tau mengenal negerimu, sementara aku ingin berkunjung sekaligus menjadi bagian darinya, negerimu, Tidore!.

*

Kau tau kan aku sekarang dimana?, kota pendidikan kata sebagian, atau destinasi wisata kata yang lain, Malang!. Terlalu prematur aku menyebutnya, atau terlalu subyektif aku menilainya?. Biarlah, setidaknya, disinilah anugerahnya, bahwa aku dipertemukan denganmu, walau kesannya terlambat. Maksudku, mengapa tak sedari awal aku mengenalmu, bercanda dan bercerita bersama, hingga sang waktupun seolah cemburu melihat kebersamaan kita.

Kita?. Terlalu cepat ya aku menyebut kata itu?. 
"Tidak"!. Ku rasa kau juga sepakat dengan kata yang aku sebut, walau kesannya kau masih malu, atau ragu!.

"Bukankan cinta terkadang tak pernah mampu menyediakan alasan untuk menolak".

**

Terakhir, teruntuk dirimu yang telah mengirimkan subuh, untuk saling mendoakan dari jauh. Tak perlu orang lain tau siapa kamu, karena semua orang 'mungkin' tau aku, kanda! 

0 Response to "Palopo-Tidore, dan Malang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel