Penyempitan Makna Kecerdasan, Sebuah Manipulasi Ilmiah

Kecerdasan Buatan, Otak, Berpikir, Kontrol
Ilustrasi Gambar
Mungkin, masih banyak orang yang tidak mengenal Alferd Binet. Jangankan mengenal, mendengar namanya saja masih jarang. Ya, ia adalah salah seorang ahli psikologi profesional. Ia adalah pembuat tes IQ. Tes yang acapkali dilakukan untuk mengetahui kecerdasan seseorang.

Akan tetapi, dia tidak mampu menolak permintaan penguasa dan birokratis yang tidak profesional untuk menghubungkan kecerdasan seseorang dengan eugenic (faktor keturunan). Permintaan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta sejarah yang terjadi pada tahun 1990-an di Prancis dan negara Eropa lainnya bahwa peran kaum buruh dalam konstelasi politik domestik meningkat tajam.

Kaum buruh lantang bicara di parlemen tentang hak-haknya sebagai warga negara. Mereka berpendapat bahwa wakil mereka harus ada di parlemen sebagai suara rakyat. Penguasa dan para bangsawan pada saat itu khawatir jika kekuasaan yang telah mereka nikmati selama bertahun-tahun akan direbut oleh kaum buruh. Padahal, awalnya kaum buruh adalah bawahan bahkan menjadi budak penguasa. Apalagi pengaruh pemikiran dan propaganda dari tokoh-tokoh buruh saat itu: Mussolini di Italian dan Karl Marx di Jerman memberi semangat kaum buruh untuk memperjuangkan eksistensinya di kancah politik.

Jika diteliti secara mendalam, tes IQ yang diciptakan Binet mengandung konsep eugenic (keturunan). Sebenarnya, hasil tes tersebut ingin menghubungkan faktor keturunan dengan faktor kecerdasan. Argumentasi yang ingin dikembangkan pada saat itu adalah penguasa atau bangsawan pasti memiliki keturunan anak-anak yang cerdas sebab penguasa dan bangsawan adalah kelompok masyarakat yang cerdas.

Sebaliknya, kelompok buruh yang notabene pekerja kasar adalah mereka yang tidak cerdas, dan oleh karena itu pasti akan melahirkan keturunan-keturunan yang bodoh. Hal yang berbahaya bagi sebuah negara jika dipimpin oleh generasi yang bodoh dan tidak cerdas. Itulah dogma kecerdasan yang diajarkan dalam pandangan Binet.

Semoga kita tidak terjebak memahami kecerdasan seseorang sebagaimana Alferd Binet lakukan. Bahwa kecerdasan seseorang itu selalu berkembang (dinamis), tidak statis. Dan bahwa kecerdasan seseorang adalah beragam, sebagaimana keberagaman adalah keniscayaan. 

0 Response to "Penyempitan Makna Kecerdasan, Sebuah Manipulasi Ilmiah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel